Untung Rugi Bisnis Waralaba / Franchise
Keuntungan dan kerugian bisnis waralaba / franchise. Trend
bisnis sistem waralaba di Indonesia kian meningkat pesat. Sampai dengan Agustus
2017, tercatat ada 1.200 merek franchise lokal maupun asing yang telah
terdaftar (data dari VF Franchise Consulting). Itu belum termasuk pewaralaba
(franchisor) yang belum terdaftar. Para analis ekonomi memprediksi di tahun
2018, perkembangan usaha waralaba di Indonesia bakal terus tumbuh hingga angka
11 sampai 15%
gambar ilustrasi bisnis waralaba by bisnijasa.id |
Hampir semua sektor usaha di-waralaba-kan. Mulai dari bisnis
ritel, makanan minuman, salon kecantikan, bengkel – salon mobil, jasa tour
travel, paket kiriman kilat sampai toko bangunan menawarkan sistem kemitraan. Gerai
Indomaret dan Alfamart adalah contoh bisnis waralaba yang laris manis dan sering kita jumpai di
sepanjang jalan di tiap sudut kota sampai desa. Ini merupakan peluang usaha yang sangat menggiurkan.
Nah, bagi Anda yang tertarik menjalin kerjasama kemitraan
dengan perusahaan franchise, mungkin bertanya. Apa plus minus atau kelebihan
dan kekurangan dari bisnis waralaba? Benarkah pasti untung dan tidak mengenal
kata rugi? Pertimbangkan dulu sebelum memutuskan!
Keuntungan Bisnis sistem Waralaba
Daya tarik dari bisnis waralaba karena mudah untuk
dijalankan dibanding dengan memulai membangun bisnis dari nol. Cocok bagi
pebisnis pemula yang belum terlalu paham mengenal seluk beluk dunia wirausaha.
Atau bagi eksekutif yang bekerja di perusahaan bonafid maupun pejabat yang
tidak punya banyak waktu untuk mengurusi bisnis sendiri.
Berbisnis waralaba dikatakan menguntungkan dan relatif
mudah untuk mengelolanya karena alasan berikut:
Keuntungan 1: Franchisor telah mengurus sistem manajemen
Mulai dari sistem manajemen keuangan, SDM, marketing;
semua telah diurus oleh pemilik waralaba (dikenal dengan istilah franchisor) sesuai
standart yang ditetapkan. Bahkan beberapa franchisor menawarkan bantuan untuk
kepentingan survey lokasi usaha, segmentasi pasar sampai perekrutan dan
pelatihan karyawan. Jadi kita tidak terlalu repot mengurus semuanya sendiri
Kelebihan inilah yang membuat orang-orang berduit lebih
suka menginvestasikan dananya dengan menjadi mitra bisnis (terwaralaba /
franchisee). Dengan membeli franchise, setidaknya ada nilai plus yaitu
mengurangi angka pengangguran dibanding investasi tanah, emas, deposito,
reksadana dan jenis investasi pasive sejenis
Keuntungan 2: Nama brand sudah terkenal
Keuntungan berbisnis di bawah bendera bisnis milik orang lain yang
sudah punya nama / terkenal adalah:
- Memiliki reputasi bagus sehingga menghemat biaya dan tenaga yang diperlukan untuk membangun reputasi bisnis tersebut
- Lebih cepat dikenal orang sehingga produk yang ditawarkan akan laris manis diserbu pelanggan. Contohnya KFC atau McDonald. Siapa yang akan mempertanyakan kualitas rasa dan pelayanan dari restoran cepat saji tersebut biarpun baru buka di suatu kota?
- Hemat biaya promosi. Karena sudah dikenal masyarakat, jadi tidak perlu promosi terlalu gencar. Beda kalau membuat brand usaha yang benar-benar masih terdengar asing di telinga
Keuntungan 3: Jaringan bisnis sudah kuat
Keuntungan bisnis waralaba lainnya adalah tidak repot
membangun jaringan pemasaran, periklanan maupun atau mencari distributor
pemasok produk / bahan baku. Semuanya telah termasuk dalam perjanjian kerjasama
atau paket pembelian dengan pihak pewaralaba.
Dengan kata lain terwaralaba bisa duduk santai
menikmati secangkir kopi manis. Sementara pengusaha lain yang membuka usaha
dari awal pada waktu yang sama, masih berpening ria. Lelah mencari pemasok /
produsen bahan baku mana yang paling murah. Sibuk mengurusi reseller, staff
marketing dan 1001 keruwetan urusan bisnis lain
Keuntungan 4: Kemungkinan balik modal (BEP) lebih cepat
Beberapa franchisor memberikan jaminan jangka waktu
tidak terlalu lama untuk balik modal pada mitra waralabanya. 1 – 2 tahun sudah
BEP. Dasarnya karena sistemnya telah di uji coba sebelumnya dan siap untuk di
implementasikan pada lokasi yang baru. Tawaran keuntungan yang menggiurkan
bukan?
Tapi benarkah demikian? Seperti telah disinggung di
atas, benarkah bisnis waralaba selalu lebih menguntungkan? Apakah resiko merugi
tidak ada sama sekali? Tunggu dulu. Jangan menyimpulkan terlalu dini. Simak
dulu lanjutan analisa di bawah ini
Kekurangan dan kerugian sistem bisnis waralaba
Tidak ada bisnis di dunia yang 100% aman, menguntungkan
dan tidak memiliki resiko merugi sama sekali. Termasuk juga sistem bisnis
waralaba. Kemungkinan untung rugi dalam berwirausaha itu 50 banding 50.
Para pebisnis pemula mungkin melihat peluang meraup
pundi-pundi rupiah dari bisnis franchise lebih besar karena kemudahan dalam
mengelola usaha. Tapi realitanya, tidak selalu demikian. Jika disimpulkan
menjadi terwaralaba pasti untung, tentu tidak ada orang mau bersusah payah
membangun brand merek sendiri. Para pembeli hak waralaba kadang menemukan fakta
bahwa memulai bisnis sendiri jauh lebih menguntungkan
Apa
kelemahan, kekurangan dan kerugian bisnis waralaba? Simak penjelasannya ini:
Kerugian 1: Tidak memiliki otoritas penuh
Salah satu kekurangan dari sistem waralaba adalah: terwaralaba
tidak punya kuasa penuh terhadap bisnisnya sendiri. Karena adanya
perjanjian-perjanjian khusus, pembeli franchise harus mematuhi aturan /
standarisasi yang ditetapkan oleh francisor. Ini sama saja dengan menjadi tamu
di rumah sendiri.
Bagi orang yang profit oriented mungkin tidak jadi
masalah serius. Bodo amat tidak punya otoritas, yang penting jualan laris dan
tidak rugi secara finansial. Tapi bagi yang berjiwa pantang jadi setengah
buruh, tentu merupakan tamparan keras. Secara psikologis hati bisa berontak:
Gue tuh gak bisa diginiin...!!
Kerugian 2: Kreatifitas tidak bisa berkembang
Karena semua sistem telah ditentukan oleh pemilik
waralaba, mau tidak mau pembeli waralaba harus mengikuti sistem tersebut. Ide-ide
untuk berkreatifitas pun terkadang harus ditelan kembali karena tidak bisa
diaplikasikan untuk memajukan bisnisnya sendiri.
Makanya jika Anda termasuk golongan wirausaha berjiwa
muda, selalu berkreasi untuk menemukan inovasi baru dan punya ambisi besar,
sebaiknya tidak terjun sebagai terwaralaba. Cocoknya melambungkan brand sendiri
atau jadi sang franchisor itu sendiri. Bukan tidak mungkin nama brand Anda
suatu saat nanti akan setenar Starbuck, Pizza Hut atau Alfamart
Kerugian 3: Modal awal lebih besar
Modal awal yang harus dikeluarkan untuk membeli
franchise lebih besar dibanding memulai usaha sendiri untuk jenis usaha yang
sama. Itu sudah pasti karena pemilik waralaba akan mengajukan franchise fee. Yaitu
biaya yang harus dibayarkan dimuka sebelum gerai waralaba kita mulai beroperasi.
Biaya franchise fee nilainya beragam, tergantung kebijakan sang pemilik masing-masing. Digunakan oleh
pemilik waralaba biasanya (tidak selalu) untuk keperluan:
- Survey Lokasi
- Design layout
- Informasi berupa daftar inventory awal, termasuk stock barang yang dibutuhkan
- Sourching (pencarian supplier) untuk initial inventory dan stock barang
- Bimbingan dan diskusi untuk menyusun business plan
- Rekruitmen, seleksi dan penyelenggaraan pelatihan awal para pegawai
- Supervisi dan eksekusi launching, dll
Iya dong, untuk membangun brand image yang baik sampai
setenar ini kan butuh biaya dan pengorbanan besar. Enak aja situ mau nebeng
nama doang secara gratisan. Emang ini bisnis punya nenek elo? Maaf, becanda
keles...
Misalnya jika untuk membuka usaha jasa cuci / salon
mobil dengan brand sendiri hanya butuh modal 50 juta. Maka kita harus
mengeluarkan modal 75 juta untuk membeli franchise jasa salon mobil dengan
fasilitas yang sama.
Jadi jika Anda merasa selisih modal lebih dari cukup untuk
menutup biaya promosi dan lain-lain, mengapa harus beli waralaba? Tapi jika
selisihnya tidak seberapa dibanding pusingnya kepala Anda memikirkan strategi
menjalankan bisnis, menjadi franchisee bisa jadi pilihan paling mudah
Kerugian 4: Keuntungan tidak bisa 100%
Selain modal awal lebih besar karena harus bayar
franchise fee di muka, kelemahan lain dari bisnis waralaba adalah tidak bisa menikmati
keuntungan penuh 100%. Karena pembeli waralaba diharuskan untuk membayar royalty
fee tiap bulannya.
Royalty Fee adalah biaya yang harus dibayar setelah
gerai waralaba mulai beroperasi. Dan pembayarannya harus dilakukan setiap bulan. Metode penghitungan
royalty beragam. Ada yang menetapkan biaya flat, artinya berapapun omset yang
diraih terwaralaba maka prosentasenya tetap tidak berubah. Namun ada juga yang
melakukan penetapan persentase progresif sesuai dengan nilai penjualan dengan
batasan minimal omset tertentu.
Karena harus bayar royalty fee, maka jika keuntungan
yang didapatkan sedikit, bisa jadi malah akan rugi karena dipotong untuk
menutupi biaya ini. Jadi, siapa bilang tidak ada resiko rugi?
Kerugian 5: Tidak bisa mencari supplier lain
Karena pihak supplier / pemasok barang telah ditentukan,
kita tidak bisa mencari supplier lain yang menawarkan harga lebih murah.
Bahkan, jika kawan akrab atau saudara kandung sendiri adalah distributor barang
yang kita butuhkan, kita tidak bisa kulakan dari mereka.
Inilah kelemahan dari sistem kemitraan waralaba.
Dilematis, macam makan buah simalakama. Pilih saudara hubungan kerjasama dengan
pemilik waralaba bisa kacau. Pilih bersikap profesional dengan mentaati
perjanjian bisa mengganggu hubungan persaudaraan.
Solusinya: Bicarakan baik-baik dengan kedua belah
pihak. Lebih bagus jika Anda mengusulkan supplier yang menawarkan harga murah
tersebut pada pihak franchisor. Jika mereka setuju untuk memakai produk dari
supplier yang Anda rekomendasikan ke seluruh jaringan, maka semuanya pasti
diuntungkan
Kerugian 6: Terpengaruh oleh reputasi waralaba lain dalam 1 jaringan
Salah satu kekurangan terbesar dari waralaba adalah ketergantungan
reputasi satu waralaba terhadap waralaba lain yang berada dalam satu jaringan. Contohnya
waralaba kafe A di Jakarta terjadi kasus keracunan, maka Kafe A yang ada di
kota lain juga terkena dampaknya
Inilah alasan mengapa pemilik waralaba membuat aturan
untuk membuat standarisasi produk dan pelayanan bagi seluruh jaringannya. Namun
tidak menutup kemungkinan ada satu pengusaha nakal yang menabrak aturan
keseragaman tersebut sehingga bisa merugikan seluruh anggota jaringan waralaba
Kesimpulan: Bisnis waralaba menguntungkan atau
merugikan?
Berdasar analisa di atas, bisa disimpulkan bahwa:
Pengertian waralaba adalah suatu sistem pendistribusian produk barang atau jasa kepada pelanggan akhir dengan pengwaralaba (franchisor) yang memberikan hak kepada individu atau perusahaan (terwaralaba / franchisee) untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu dan meliputi area tertentu
Masalah untung atau rugi, semua ada sisi kebaikan dan
keburukannya. Karena banyak faktor yang menyebabkan sebuah bentuk usaha
mendapatkan laba atau sebaliknya merugi. Salah satunya adalah faktor lokasi
usaha yang sesuai target pemasaran atau tidak. Franchisor yang baik akan
berkata terus terang jika lokasi yang dipilih calon mitra usaha menurut analisa
mereka (berdasar hasil survey) tidak memenuhi syarat serta memberi solusi
dengan mencarikan lokasi lain.
Nah, setelah mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan bisnis waralaba, keputusan ada di tangan Anda. Apakah akan memilih membuat brand sendiri atau joint menjadi mitra bisnis perusahaan lain. Terlepas soal keuntungan dan kekurangan, mudah-mudahan artikel berjudul analisa untung rugi bisnis waralaba ini menjawab keraguan Anda. Silahkan berbagi jika punya pengalaman seputar dunia franchise di kolom komentar. Untuk info macam-macam jenis peluang usaha waralaba yang ada di Indonesia, nanti akan kami ulas tuntas. Sukses selalu buat semua pewirausaha!!